Judul: Binatang-binatang Zindik oleh Richard von Busack
Diterjemahkan dari: http://www.metroactive.com/papers/metro/10.03.02/barker-0240.html
ADALAH CERITA YANG UMUM ketika seorang pemusik, setelah hidup penuh keasusilaan yang menandai profesinya, datang kepada Yesus. Kisah ini sangat umum sampai bahkan Parade Magazine telah bosan mengangkat cerita semacam ini. Tetapi terlahir-kembali sebagai ateis adalah sebuah kisah baru.
Meskipun demikian, angan mengharapkan dapat melihat cerita Dan Barker dalam majalah Parade. Setelah hidup dengan pekerjaan kementrian dan misionaris, dan setelah sebuah karir menguntungkan dengan membuat rekaman musik Kristen, Barker merubah hatinya dan mulai menjadi ateis. Barker membawakan lagu-lagu dari CD-nya Friendly Neighborhood Atheist (Ateis Lingkungan yang Ramah) untuk Le Petit Trianon di San Jose akhir pekan ini, dalam sebuah pertunjukan yang disponsori oleh Atheists of Silicon Valley dan Humanist Community di Palo Alto.
Barker, yang berasal dari keluarga religius di California Selatan, menjadi seorang penyanyi dan penginjil di awal masa remajanya. Seperti halnya Brian Eno, Barker terpikat dalam pesona singkat dengan pendoa yang menakutkan Kathryn Kuhlman, pewaris menteri elektronik utama pertama Amerika, Aimee Semple McPherson.
"Saya sebenarnya bukan bekerja untuk Kuhlman," Barker menjelaskan melalui telepon dari rumahnya di Wisconsin. "Waktu itu saya seornag remaja dalam paduan suara gerejanya. Kapanpun ia membuat pertunjukan di L.A., saya akan datang ke pertemuannya dengan keranjang sepeda yang penuh dengan rekaman-rekamannya. Saya biasa duduk di panggung atas di belakangnya, sambil ia menyanyikan lagu 'He Touched Me' (Ia menyentuhku) sekitar 50 kali.
Ia mempunyai kecakapan memankan pertunjukan yang amat menarik, dikombinasikan dengan musik organ yang manipulatif dan gaun-gaun dewi-Yunani yang dikenakannya. Ia mencocokkan drama tersebut dengan kerendahan hati: 'Saya bukan siapa-siapa; Saya bahkan tidak tahu mengapa saya ada disini.' Itu merupakan hal yang cukup persuasif bagi saya. Saya dulu berpikir, "Ini adalah hal yang nyata. Media pastilah gusar dan bodoh telah meragukan kebenaran kekuatan Tuhan."
Dibawah pengaruh kekuatan semacam itu, Barker menulis musik untuk divisi pendidikan Word Records di Waco, Texas. Ia juga menulis musikal anak-anak untuk Manna Records dan bahkan menemani Pat Boone sekali. Bagaimanapun, bacaan-bacaan waktu luang Barker mengusik keyakinannya yang kuat.
"Saya tidak dapat menunjuk satu buku tertentu," kata Barker, "Namun satu [hal] yang terlitas di pikiran adalah sebuah artikel oleh Ben Bova yang berjudul 'Waktu yang Sama untuk Penciptaan,' mengenai pertanyaan apakah Adam dan Hawa merupakan sejarah. Sebagian orang Kristen berpikir itu benar, dan sebagian lagi tidak. Sama seperti Prodigal Son: Yesus tidak mengatakan kepada kita apakah Prodigal Son itu benar-benar ada, dengan panggilannya dan lain sebagainya. Jika Prodigal Son adalah sebuah cerita perumpamaan, dan jika Adam dan Hawa adalah metafora, maka mungkin Tuhan hanyalah tokoh dari penceritaan..."
Barker mencatat kemunculannya di tahun 1984, dalam bukunya Losing Faith in Faith: From Preacher to Atheist (Kehilangan Keyakinan dalam Kepercayaan: Dari Pendeta menjadi Ateis). "Sangat menggairahkan untuk melepaskan," ucap Barker, "tetapi juga terasa seperti mengkhianati keluarga saya, seperti saya meludah pada nenek saya. Saya harus berjuang mempertanyakan diri saya sendiri apakah saya ingin memilih Tuhan ataukah kebenaran. Jika saya memilih Tuhan, saya akan tetap harmonis dengan semua orang, dan harmonis dengan psikologi saya sendiri. Jika saya memilih kebenaran, apa yang akan terjadi? Saya memerlukan sekitar satu tahun untuk sepenuhnya menyesuaikan diri. Seperti kalau ada kematian dalam keluarga atau sebuah perceraian, anda tidak dapat hanya menjentikkan jari lalu semuanya berakhir."
Benar, Barker kehilangan beberapa teman. "Yeah, [tapi] lebih buruk dari itu," akunya, "Ada sebagian teman yang akan lebih baik kalau saya kehilangan mereka. Beberapa orang yang dulunya saya pikir sebagai teman baik membombardir saya dengan keramahan dan rasa kasihan. Menjadi seorang ateis merupakan cara yang keras untuk mengetahui siapa teman-teman anda... Walaupun demikian, dunia ini penuh dengan teman-teman yang potensial, dan jutaan orang Amerika yang baik tidak percaya akan Tuhan."
Berusaha untuk meraih jutaan orang tersebut sebagai bagian dari Freedom From Religion Foundation (Yayasan Kebebasan Dari Agama), Barker membuat beberapa iklan layanan masyarakat. Barker menggambarkannya untuk saya: duduk di piano, ia akan beralih secara perlahan dari lagu "Onward Christian Soldiers" ke lagu "The Star-Spangled Banner" sambil mendiskusikan Amandemen Pertama divisi gereja dan negara.
Bahkan pesan yang terkesan sederhana ini pun terlalu berlebihan bagi banyak stasiun TV. "Kami tidak hanya menemui masalah dalam membeli waktu untuk iklan, kami juga menghadapi masalah menemukan sebuah studio untuk membuat iklan itu. Kami membayar sebuah stasiun TV di Jefferson City, Mo., dan mereka mendapat banyak serangan. Surat kabar The St. Louis mengangkat cerita itu, dan kami mendapat banyak perhatian, serta sejumlah surat berisi kemarahan."
Inilah pertanyaan yang telah dihadapi oleh setiap ateis: Mengapa mengusik orang-orang Kristen, kalau anda tahu bagaimana mereka menanggapinya?
"Yang pertama," kata Barker, "ada beberapa hal yang lebih penting dari Amandemen Pertama. Biasanya kaum minoritas yang pada akhirnya mengambil keuntungan dari Perjanjian Hak Asasi Manusia. Dan kelompok seperti kita ini akhirnya melindungi semua orang. Kami menghormati kebebasan kesadaran, akan tetapi masalahnya adalah bahwa kenetralan dikelirukan dengan permusuhan. Kami tidak mengacaukan gereja, atau mengganggu doa orang-orang. Kami tidak memusuhi agama... walaupun saya merasa, dan sebagian besar orang-orang kita merasa, dunia akan jauh lebih baik tanpa adanya agama. Seperti yang dikatakan John Lennon, 'Imagine no religion.' Agama menciptakan dinding-dinding pemisah. Masyarakat seharusnya dihakimi berdasarkan perbuatannya, bukan agamanya."
Selama pertunjukan setempat Barker, ia mungkin akan menyanyikan kembali "Vatican Rag" (oleh Santa Cruz's Tom Lehrer) atau menampilkan lagunya sendiri "You Can't Win With Original Sin." Ia juga bermaksud memainkan lagu judul dari CD-nya. Barker menjelaskan, "Ini adalah melodi Mr.Rogers untuk anak-anakâ" dan kemudian menyanyikan beberapa baris: "Your friendly neighborhood atheist / as happy as can be / I don't have any horns / if you care to inspect me." (Ateis lingkunganmu yang ramah/ bahagia tak terkira/ aku tidak punya tanduk/ kalau kamu mau coba periksa).
"Ateis," jelasnya, "menderita karena PR yang buruk. Bagaimana jika Sesame Street memiliki sebuah karakter yang ateis?"
Pada suatu tingkat yang lebih dewasa, barker seringkali menyanyikan lagu berjudul "The Time to Be Happy Is Now," (Sekaranglah Saatnya Berbahagia) yang diambil dari sebuah puisi karya Robert Ingersoll (1833-99): "With love, Earth is heaven, and we are God." (Dengan cinta, Bumi adalah surga, dan kita adalah Tuhan). Ada seorang pahlawan Amerika yang terlupakan untukmu: Ingersoll, "agnostik yang hebat," veteran Perang Sipil, Republikan, Jaksa Agung Illinois, salah satu orator paling terkenal saat ini, yang dipuja oleh Walt Whitman, Elizabeth Cady Stanton and Thomas Edison. Ingersoll kalah dalam sebuah pemilihan setelah penolakannya untuk berpura-pura menjadi orang Kristen, dan itu mungkin akan terjadi lagi, mengingat 48 persen orang Amerika yang ditanyai mengatakan bahwa mereka tidak akan pernah memberikan suara untuk seorang ateis.
Amerika salah negara yang paling religius di dunia, George W. Bush pernah mengatakannya sekali waktu. Dan kita telah membudayakan ibadah dari ibadah. Pentingnya memiliki sejenis Tuhan membantu menstimulasi non-krisis menghadapi Janji Kesetiaan. Dikucilkan sebagai pemberontak, bagaimanapun juga, akhirnya telah cukup menggusarkan organisasi-organisasi ateis untuk membentuk barisan sejuta-zindik ke Washington, D.C., bulan November ini. Mungkin Barker akan menggubah beberapa lagu mars untuk acara ini.