Penciptaan menurut suku Chelan

From Iaprojects

Jauh dimasa lalu, sang pencipta membuat dunia. Lalu ia membuat hewan dan burung dan memberi mereka nama. Saat ia selesai, sang pencipta memanggil hewan-hewan itu menghadap. “Aku akan meninggalkan kalian” katanya. “Namun aku akan kembali. Saat aku kembali, aku akan membuat manusia. Merekalah yang akan memimpin kalian.”

Sang pencipta kembali ke rumahnya di langit, dan masyarakat hewan menyebar di penjuru dunia. Setelah dua belas bulan, masyarakat hewan berkumpul untuk bertemu dengan sang pencipta sebagaimana ia janjikan. Sebagian dari mereka mengeluh. Bluejay, Meadowlark, dan Coyote tidak suka namanya. Masing-masing meminta menjadi mahluk lain. “Tidak,” kata sang pencipta. “Aku telah memberi kalian nama. Tidak bisa diubah. firmanKu adalah hukum.”

“Karena kalian telah mencoba mengganti hukumku, aku tidak akan membuat manusia kali ini. Karena kalian tidak mematuhiku, kalian tidak mendapat tanah dariku. Aku berencana membuat manusia dari tanah ini. Tapi, karena kalian, aku akan meletakkannya di air agar tersiram berbulan-bulan dan banyak salju, hingga ia bersih kembali.”

Lalu ia mengambil sesuatu dari sisi kanannya dan meletakkannya di sungai. Benda itu berenang dan sang pencipta menamakannya berang-berang. “Sekarang kuberikan kalian hukum lain,” kata sang pencipta. “Salah satu dari kalian yang tetap kuat dan baik akan mengambil berang-berang dari air suatu saat dan menjadikannya manusia. Akan kuberitahu apa yang harus kalian lakukan. Belah berang-berang itu menjadi dua belas bagian. Bawa masing-masing bagian ke tempat berbeda dan beri nafas kalian. Berikan ia separuh kekuatanmu dan beritahu tugas mereka. Sekarang aku akan memberikan kekuatanku pada salah satu dari kalian. Ia akan memilikinya selama ia tetap berlaku baik.” Saat sang pencipta selesai berbicara, semua mahluk mulai pulang kerumah mereka – semuanya kecuali Coyote. Sang pencipta punya pesan khusus untuk Coyote. “engkau akan menjadi pemimpin semua mahluk, Coyote. Kamu adalah kekuatan seperti aku sekarang, dan aku akan membantumu bekerja. Segera para mahluk dan semua yang aku buat akan menjadi buruk. Mereka akan saling bertarung dan akan saling makan. Adalah tugasmu untuk menjaga perdamaian sebisa mungkin.”Saat engkau telah selesai, kita akan bertemu lagi, di negeri di timur. Bila engkau baik, bia engkau jujur dan mematuhiku, engkau dapat membuat manusia dari berang-berang. Bila engkau salah, yang lain akan membuatnya.” Lalu sang pencipta pergi.

Terjadilah seperti yang diramalkan sang pencipta. Dimana-mana yang ia telah ciptakan menjadi salah. Gunung menelan mahluk. Angin meniup mereka. Coyote menghentikan gunung, menghentikan angin dan menyelamatkan para mahluk. Satu saat di musim dingin, setelah angin utara membunuh banyak sekali, Coyote membuat hukum untuknya: “Sejak saat ini engkau hanya dapat membunuh mereka yang mempermainkanmu.”

Kemanapun Coyote pergi, ia membuat dunia lebih baik bagi masyarakat hewan dan lebih baik untuk manusia yang akan diciptakan nanti. Saat ia selesai bekerja, ia tahu inilah saatnya bertemu sang pencipta. Coyote merasa ia telah berbuat baik, kalau ia akan menjadi sang pembuat manusia. Namun ia salah. Ia merasa punya kekuatan sama dengan sang pencipta. Jadi ia mencoba, kedua kalinya, merubah hukum sang pencipta.

“Mahluk lain yang akan membuat manusia.” Kata sang pencipta pada Coyote. “Aku akan membawamu dari samudera dan memberimu tempat tinggal selamanya.” Maka Coyote berjalan menyeberangi air ke sebuah pulau. Disana sang pencipta berdiri menunggunya, disamping rumah yang ia buat. Didalam rumat di arah barat berdiri busana hitam. Di sisi sebaliknya ada busana putih. “Coyote, pakai busana hitam ini selama 6 bulan,” kata sang pencipta. “Lalu cuaca akan dingin. Ganti pakaian hitam dengan putih. Maka akan muncul musim panas, dan segalanya akan tumbuh. Akan kuberikan kekuatan agar engkau tidak pernah tua. Engkau akan tinggal disini abadi selamanya.”

Coyote tinggal disana, diseberang samudera, dan empat bersaudara serigala menggantikan posisinya sebagai pemimpin para hewan. Saudara bungsu kuat dan baik serta cerdas. Saudara sulung tidak berguna. Maka sang pencipta memberi kekuatan pada sang bungsu untuk mengambil berang-berang dari air. Suatu pagi sang sulung berkata pada si bungsu, “aku mau kau bunuh berang-berang itu. Aku ingin giginya untuk dijadikan pisau.”

“Oh tidak!” teriak saudara kedua dan ketiga. “Berang-berang terlalu kuat untuk si bungsu.” Namun serigala bungsu berkata pada saudaranya yang lain, “Buatkan empat tombak. Kakak tertua, buatlah tombak dengan empat mata. Untukku, cukup satu mata. Buat dua mata dan tiga mata untuk yang lain. Aku akan berusaha sebaiknya mendapatkan berang-berang, agar kita dapat membunuhnya.”

Semua masyarakat hewan telah melihat berang-berang dan rumahnya. Mereka tahu dimana ia tinggal. Mereka tahu seberapa besarnya ia. Keluarga berang-berang kecil tinggal bersamanya. Masyarakat hewan takut kalau si bungsu akan gagal menangkap berag-berang dan gagal membuat manusia. Saudara serigala kedua dan ketiga juga takut. “Aku takut kita akan kehilangan adik,” kata mereka. Namun mereka membuat juga empat tombak pesanan adiknya itu.

Saat senja, serigala bersaudara menyerang rumah berang-berang, dan semua berang-berang kecil lari. Di tengah malam, berang-berang yang lebih besar keluar. Mereka sangat banyak dan bising, sehingga suaranya seperti petir. Lalu sang berang-berang terbesar keluar, yang telah dimasukkan sang pencipta ke dalam air agar bersih. “Ayo berhenti kata si sulung karena ketakutan. “Jangan berusaha membunuhnya.” “Tidak!” kata si sulung. “Aku tidak akan berhenti.”

Saudara sulung jatuh. Saudara ketiga jatuh. Saudara kedua jatuh. Kilat menyambar. Berang-berang masih bersuara seperti petir. Si bungsi mengambil tombak empat mata dan mencoba menusuk berang-berang dengan itu. Ia gagal. Ia mencoba lagi dengan tombak kata tiga. Ia patah. Ia memakai tombak mata dua. Dan patah juga. Saat ia memakai tombak mata satu. Ia tidak patah. Ia menusuk kulit berang-berang raksasa dan menancap disana. Diluar danau, dibawah sungai dan di sungai besar, sang berang-berang berenang, menarik si bungsu bersamanya.

Si bungsu memanggil saudara-saudaranya, “Kalian tetap disini. Kalau saya tidak kembali dengan berang-berang dalam 3 hari, berarti saya telah mati.” Tiga hari kemudian, semua hewan berkumpul di kaki gunung. Segera mereka melihat si bungsu datang. Ia telah membunuh berang-berang dan membawanya. “Anda ingat kalau sang pencipta menyuruh kita memotong berang-berang ini menjadi dua belas bagian,” kata si bungsu pada para hewan. Namun ia hanya dapat membelahnya menjadi sebelas potong. Lalu ia memberi pengarahan. “”Musang, engkau pelari yang hebat. Burung kolibri dan lalat kuda, engkau dapat terbang cepat. Bawa potongan berang-berang ini ke tempat itu dan bangunkan. Berikan napas kalian.” Si bungsu member potongan lain ke hewan lain dan menyuruh mereka pergi ke tempat yang ia tunjuk. Mereka membawa hati ke sungai air bening, dan menjadi suku Indian Nez Perce. Mereka membawa jantung ke gunung, dan ia menjadi Indian Methow. Bagian lain menjadi orang Spokane, orang Danau, orang kepala datar. Masing-masing potongan itu menjadi suku berbeda. “Seharusnya ada 12 suku,” kata si bungsu. “Mungkin sang pencipta merasa kita juga harus memakai darah berang-berang untuk yang terakhir. Bawa darah itu ke gunung bersinar dan bangunkan di sana. Ia akan menjadi suku kaki hitam. Mereka akan selalu terlihat seperti darah.”

Saat seekor hewan membangunkan potongan daging berang-berang dan bernafas kepadanya, ia memberi tahu apa yang manusia itu harus lakukan dan makan. “Ini akar,” dan hewan itu menunjuk ke cama dan kouse dan akar tawar, “Engkau gali, masak dan simpan untuk dimakan di musim dingin. “Ini adalah berry yang akan masak di musim panas. Kau makan dan keringkan sebagian untuk musim dingin.” Hewan itu menunjuk pohon chokecherry, hingga rumpun serviceberry, dan rumpun huckleberry. “Ada salmon di semua sungai. Anda masak dan makan saat mereka muncul. Dan keringkan juga untuk dimakan di musim dingin.” Saat semua suku telah diciptakan, para hewan berkata pada mereka “Sebagian dari kalian harus pergi ke Danau Chelan. Naik ke tengah danau dan lihat ke tebing di samping air. Kalian akan melihat gambar di batu. Dari gambar itu kalian akan belajar bagaimana membuat hal-hal kebutuhan kalian.”

Sang pencipta telah melukis gambar disana dengan cat merah. Dari awal hingga jauh setelah orang putih datang, para indian pergi ke danau Chelan dan melihat ke lukisan itu. Mereka melihat gambar panah dan busur dan jebakan salmon. Dari gambar-gambar sang pencipta mereka tahu bagaimana membuat benda-benda untuk mencari makanan mereka.

[Catatan: Lukisan-lukisan (atau piktograf) di batuan bawah telah tertutup air sejak sebuah bendungan dibangun di kaki danau. Mengejutkannya tinggi di atas batuan yang hampir tegak lurus di ujung utara danau, lukisan-lukisan tetap ada sejak dahulu kala. Lalu orang-orang kulit putih dengan senjata api dan rasa tidak hormat pada nilai sejarah merusaknya – untuk kesenangan.]

Personal tools