Penciptaan menurut kepercayaan tradisional di Kalimantan Selatan

From Iaprojects

Dunia diciptakan dengan membentangkan bumi di atas kepala ular raksasa yang berenang di samudera purba. Seorang tuhan turun ke situ dan menemukan tujuh telur. Dari tujuh telur ini, 2 diantaranya berisi laki-laki dan perempuan, tapi tidak hidup. Sang Tuhan kembali ke langit, meminta tuhan pencipta napas menghidupkan mereka. Jadilah mereka leluhur umat manusia.

Dua pohon di bumi yang baru diciptakan kawin dan menghasilkan sebuah telur, yang menetas menjadi perawan bayangan. Tuhan turun ke bumi dan melihat perawan tanpa jiwa ini dan memberinya nyawa lalu pergi. Tuhan lain datang, mengumpulkan tanah untuk mempercantik tubuhnya, hujan untuk darahnya dan angin untuk napasnya, maka sempurnalah ia. Saat tuhan pertama kembali, ia melihat yang telah terjadi, ia marah dan merusak kapal yang ia bawa, sehingga air kehidupan di dalamnya tumpah kesegala arah, mengairi semua tanaman sehingga pohon-pohon yang tumbang tegak kembali. Sayangnya sang manusia tidak mendapat percikan air itu dan tidak menjadi abadi. Manusia itu adalah manusia pertama di bumi. Ular, harimau dan hewan liar lain tercipta dari tubuh Angoi. Tuhan yang memberi nafas pada manusia. Saat tuhan lain, yangingin menjadikan manusia abadi marah dan menyerang Angoi dan membunuhnya, memotong-motong tubuhnya dan menyebarkannya, jadilah potongan-potongan ini hewan-hewan buas.

Pada versi lain, Pada awalnya sama dengan di atas, hanya kali ini ada dua telur saja. Satu menetas sebagai laki-laki dan satunya lagi perempuan. Keduanya ML dan sang perempuan melahirkan 7 anak perempuan dan 7 anak laki-laki, yang tidak hidup. Atas perintah tuhan, sang suami mencari benih kehidupan. Saat pergi ia melarang istrinya menjemur kelambu, tapi sang istri membandel. Saat itulah bertiup angin ke arah anak-anak mereka dan mereka mendadak hidup. Satu versi mengatakan kalau pada awalnya hanya ada langit dan laut, dimana ular raksasa berenang dengan mahkota emas dikepalanya yang memiliki batu bersinar. Dari dunia langit, tuhan melemparkan tanah ke kepala ular, menjadi pulau di tengah samudera; dan pulau ini menjadi dunia. Versi lain mengatakan mereka mengirim utusan untuk melaporkan kondisi dan adalah utusan ini yang menyebarkan tanah di kepala ular. Versi lain dari daerah yang sama merupakan transisi dari mitos penciptaan dari sumatera. Menurut kisah ini, di dunia para tuhan, ada dua pohon, satu yang berbuah berbentuk bola. Dengan gerakan seekor burung, yang duduk di pohon ini, buah itu jatuh ke sungai roh, dimana tinggal ular raksasa; namun saat ular raksasa itu ingin menelan buah itu, buah itu lepas dan sampai ke pantai, berubah menjadi wanita. Ia menikahi seorang laki-laki yang muncul dari tunggul pohon yang hanyut di laut. Ia melahirkan pertama, enam sungai darah dari mana semua roh jahat dating; dan akhirnya dua anak laki-laki, salah satunya membawa benih semua tanaman dan hewan, turun dari dunia atas, dimana semua peristiwa ini terjadi, ke bumi (yang asalnya tidak disebutkan)

Referensi

1. SCHWANER, C. A. L. M., Borneo. Beschrijving van het stroomgebied van den Barito en reizen langs eenige voorname rivieren van het zuid-oost gedeelte van het eiland. 1837-47. 2 vols. Amsterdam, 1853. 2. Ular dengan batu mulia di kepalanya sering muncul dalam kisah-kisah nusantara: Sulawesi tengah lihat ADRIANI, N., dan KRUIJT, A. C., "Van Poso naar Mori," in MNZG xliv. 135-214 (1900). p. 158; Kepulauan Sangir, Adriani, 1894, "Sangireesche teksten met vertaling en aanteekeningen," dalam Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch Indiƫ. xliv. 1-168, 386-449, 461-524. p. 33. Ia juga muncul dalam kisah dari Malaysia: Malaka, SKEAT, W. W., 1900, Malay Magic, being an Introduction to the Folklore and Popular Religion of the Malay Peninsula. London, 1900, p. 303 dan di India CROOKE, W., Popular Religion and Folklore of Northern India. 2 vols. Westminster, 1896.143. Dari sini jelas kalau gagasan ini berasal dari India. 3. HUPE, P., "Korte verhandelingen over de zeden enz. der Dayaks," in TNI viii, part 3, pp. 127-72, 245-80 (1846).

Personal tools