Cocologi Black Hole

From Iaprojects

Cocologi: Black Hole

Ditulis oleh Student Philosophie.

Beberapa pihak tertentu seperti di link ini, mengklaim bahwa QS. 56: 75-76 merujuk kepada fenomena Black Hole yang dianggap mukjizat karena tidak diketahui 1400 tahunan yang lalu.

Bunyi dari kedua ayat ini adalah sebagai berikut:

“Maka aku bersumpah demi mawaaqi3u l-nujuum (مواقع النجوم). (75)* Dan sesungguhnya itu adalah sebenar-benarnya sumpah –jikalau saja kalian mengetahui- yang besar. (76)**

(*) Sengaja dibiarkan dalam bahasa Arab karena frase inilah yang dipermasalahkan.

(**) Agar lebih jelas, kalimatnya disusun ulang menjadi: “Dan sesungguhnya itu adalah benar-benar sumpah yang besar/agung, jikalau saja kalian mengetahui.”

Mereka berargumen bahwa ‘mawaaqi3u l-nujuum’ merujuk kepada ‘tempat/waktu jatuh/matinya bintang’ alhasil dikaitkan dengan ‘black hole’, serta bahwa ayat kedua (ayat 76) merujuk kepada fakta bahwa kejadian itu terjadi dalam proporsi yang besar/dahsyat.

Secara leksikal, memang ‘mawaaqi3’ adalah bentuk jamak dari ‘mawqii3’ yang berarti ‘tempat/waktu jatuh’. Secara idiomatik, benar pula bahwa kata kerja ‘waqi3a’ artinya ‘jatuh’ dapat diartikan ‘mati’. Namun, perlu diperhatikan bahwa makna ‘mati’ itu ada lantaran analogi bahwa seseorang jika dibunuh maka ia mati dalam keadaan jatuh tersungkur, sementara bintang ketika “mati” itu tidak lantas mengakibatkannya “jatuh”. Analoginya tidak berlaku.

Selain itu, fakta yang paling fatal bagi argumen ini adalah bahwa ’mawaaqi3u l-nujuum’ adalah suatu istilah yang sangat umum -baik dalam bahasa Arab Klasik maupun Arab Standar Modern- yang berarti ”orbit/lokasi gugusan bintang” atau ”konstelasi”. Hal ini diperkuat lagi oleh fakta bahwa sinonim dari kata kerja waqi3a, yakni saqat.a pun juga berarti ’tempat terbitnya (bintang)’ dalam frase ’saqata l-nujuum’ (سقط النجوم) Oleh karena itu, menerjemahkannya secara letterlijk ataupun mengarang sendiri idiom baru adalah suatu kesalahan eksegetik yang sangat besar.

Dalam kasus argumen kedua, tidak benar adanya untuk mengatributkan 3adh.iim (عظيم) ‘agung/besar’ kepada mawaaqi3u l-nujuum (مواقع النجوم), karena kata sifat tersebut menyifati kata qasam (قسم) ‘sumpah’, yang jika dibaca sesuai konteksnya, sang penulis Al-Qur’an ingin mengatakan bahwa ia sungguh-sungguh bersumpah bahwa ayat 77-80 adalah benar.

Walaupun tidak ada hubungannya dengan klaim cocologi yang dibahas di sini, namun perlu diketahui bahwa berargumen dengan sumpah itu sendiripun bukan sebuah argumen yang sah secara logika. Hal ini disebabkan kesimpulannya sama dengan premisnya, sebagaimana dipaparkan di bawah ini:

  1. Al-Qur’an itu benar, maka sumpah yang ada di Al-Qur’an itu benar.
  2. Ayat 75 sampai 80 bersumpah bahwa Al-qur’an itu mulia, terpelihara, suci dan dari Allah, oleh karena itu Al-Qur’an itu benar.
  3. Ayat 75-80 itu benar karena ia terkandung dalam Al-Qur’an.

Tampak di sini bahwa kesimpulan 3) itu hanyalah pengulangan dari pernyataan 1), sementara suatu kesimpulan logika yang benar itu harus membuktikan premis bukannya mengulangi pernyataan premis.

Sumber

Personal tools